Istri Bagi Suaminya Dia adalah wanita yang aku ambil seketika menggenggam tangan ayahnya, dengan mengucap nama Allah, atas perintah-Nya, untuk senantiasa berada di jalan-Nya Untuk aku bimbing bukan aku marahi, untuk aku didik bukan aku salahkan, untuk membersamaiku bukan hanya untuk melayani. Disampingku bukan di depan atau di belakang Kehormatan diriku kupercayakan kepadanya, sebagaimana aku memuliakan fitrahnya sebagai seorang Muslimah. Maka apatah hanya hartaku dan rumahku, itu baginya Tiap kesalahannya adalah tanggunganku, tiap kebaikannya ada juga pahalaku. Maka bila dia salah, salahkanlah diriku yang belum mampu mendidiknya dengan sepenuhnya Darinya aku memiliki keturunan, dia didik sebagaimana dia mendidik dirinya sendiri bahkan lebih. Darinya aku mengenal pengorbanan dan kepatuhan dalam kesabaran Telinganya punya hak atas kelembutan lisanku. Matanya punya hak atas indahnya perlakuanku. Batinnya punya hak atas ruku dan sujud serta rangkaian doaku Hanya saja, tuli
Apa Yang Kau Cari? Sebab nikmat dunia itu ada batasnya, malah makin dinikmati makin berkurang nilainya. Layaknya makanan yang sedap saat kita lapar, tapi tak menarik saat sudah dipenuhi Nikmat makan ada batasnya, nikmat harta juga sama, syahwat pada wanita tak ada bedanya. Maka memenuhi semua itu tanpa taat, pasti akan berujung kehampaan, hidup tapi nihil arti, tapi tetap takut mati Tahta terlihat berkilau saat kita masih dibawah, namun berubah menjadi hampa saat sudah diatas, bila tidak kuat, maka ketamakan, kesewenangan yang jadi kawannya, hidup hanya menyengsarakan orang, juga diri sendiri Apa yang kau cari? Kebahagiaan hidup ataukah tipuan dunia lewat hal yang fana? Ketahuilah, bila bahagia itu ada pada harta, tahta dan wanita, sudah pasti itu semua diberikan Allah pada manusia termulia, Muhammad Rasulullah Tapi Allah tidak muliakan Nabi kita dengan semua itu, beliau tidak bermegah dengan harta, tak punya tahta seperti Kisra Persia atau Kaisar Romawi, pun bukan dari selir-selir